Kalimat efektif adalah
kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat
dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan yang
disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut
dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau
pembicaranya. Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya,
ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan
atau yang dituliskan. Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan
pemakainya secara tepat, unsur kalimat yang digunakan harus lengkap dan
eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak boleh
dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu
dimunculkan. Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan
keperluan komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim, 1994:86).
Secara makna ada dua
persyaratan kalimat efektif, yaitu :
1. Secara tepat
mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
2. Mengemukakan
pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang
dipikirkan pembaca atau penulisnya.
Persyaratan kalimat
efektif secara formal, yaitu :
- Koherensi
Yaitu
hubungan timbal-balik yang baik dan jelas antara unsur-unsur (kata atau
kelompok kata) yang membentuk kata itu. Setiap bahasa memiliki kaidah-kaidah
tersendiri bagaimana mengurutkan gagasan tersebut. Ada bagian-bagian kalimat yang memiliki hubungan
yang lebih erat sehingga tidak boleh dipisahkan, ada yang lebih renggang
kedudukannya sehingga boleh ditempatkan dimana saja, asal jangan disisipkan
antara kata-kata atau kelompok-kelompok kata yang rapat hubungannya.
Misalnya:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah
terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar
bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang
adil dan beradab.
Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek +
agen + verbal secara tertib dalam
kalimat-kalimat yang berpredikat
pasif persona.
Contoh:
Surat itu saya sudah baca.
Saran yang dikemukakannya kami akan
pertimbangkan.
Kalimat di atas tidak menunjukkan
kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan verbal. Seharusnya kalimat itu
berbentuk :
a. Surat itu sudah saya baca.
b. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
Kalimat yang padu tidak perlu
menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang
antara predikat kata kerja dan objek
penderita.Perhatikan kalimat ini :
a. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.
Seharusnya:
a. Mereka membicarakan kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.
b. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.
- Kesatuan
Syarat kalimat efektif haruslah
mempunyai struktur yang baik. Artinya, kalimat itu harus memiliki unsure-unsur
subyek dan predikat, atau bisa ditambah dengan obyek, keterangan, dan
unsure-unsur subyek, predikat, obyek, keterangan, dan pelengkap, melahirkan
keterpautan arti yang merupakan cirri
keutuhan kalimat.
Contoh: Ibu menata ruang tamu tadi
pagi.
S P Pel K
Dari contoh tersebut, kalimat ini jelas maknanya, hubungan
antar unsur menjadi jelas sehingga ada kesatuan bentuk yang membentuk kepaduan
makna. Jadi, harus ada keseimbangan antara pikiran atau gagasan dengan struktur
bahasa yang digunakan.
- Kehematan
Yang
dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan
kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak
berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat.
Peghematan di sini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak
diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
Penghematan dapat dilakukan dengan
cara menghilangkan pengulangan subjek.
Perhatikan contoh:
Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang.
Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang.
Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut.
Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.
Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.
Penghematan dapat dilakukan dengan
cara menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
Perhatikan contoh:
a. Ia memakai baju warna
merah.
b. Di mana engkau menangkap
burung pipit itu?
Kata merah sudah mencakupi kata warna.
Kata pipit sudah mencakupi kata burung.
Kata pipit sudah mencakupi kata burung.
Kalimat itu dapat diubah menjadi
a. Ia memakai baju merah.
b. Di mana engkau menangkap pipit itu?
a. Ia memakai baju merah.
b. Di mana engkau menangkap pipit itu?
Penghematan dapat dilakukan dengan
cara menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.
a. Dia hanya membawa
badannya saja.
b. Sejak dari pagi dia
bermenung.
Kata naik bersinonim dengan ke atas.
Kata turun bersinonim dengan ke bawah.
Kata turun bersinonim dengan ke bawah.
Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi
a. Dia
hanya membawa badannya.
b. Sejak pagi dia bermenung.
Penghematan dapat dilakukan dengan
cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Misalnya:
Bentuk tidak baku : para tamu-tamu, beberapa orang-orang
Bentuk tidak baku : para tamu-tamu, beberapa orang-orang
bentuk baku : para tamu, beberapa orang.
Kehematan
didalam persyaratan kalimat efektif secara formal terbagi menjadi 4 kategori,
yaitu :
1. Keparalelan
1. Keparalelan
Yang
dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam
kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk
pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh:
Contoh:
a. Harga minyak
dibekukan atau kenaikan secara luwes.
b. Tahap terakhir penyelesaian
gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, memasang penerangan, pengujian
sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk
kata yang mewakili predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan
dan kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua
bentuk itu.
Harga minyak dibekukan atau
dinaikkan secara luwes.
Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang
menduduki predikat tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecatan,
memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi
predikat yang nomial, sebagai berikut:
Tahap terakhir penyelesaian gedung
itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem
pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
Yang
dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada
ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat
itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara
untuk membentuk penekanan dalam kalimat.
Meletakkan kata yang ditonjolkan itu
di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Melakukan pengulangan kata
(repetisi).
Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
Melakukan pertentangan terhadap ide
yang ditonjolkan
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
Mempergunakan partikel penekanan
(penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.
Saudaralah yang bertanggung jawab.
3. Kevariasian
Variasi
merupakan suatu upaya yang bertolak belakang dengan repetisi.
Repetisi atau pengulangan kata sebuah kata untuk memperoleh
efek
penekanan, lebih banyak menekankan kesamaan bentuk. Variasi
tidak lain
daripada menganeka-ragamkan bentuk-bentuk bahas agar tetap
terpelihara
minat dan perhatian orang.
Macam-macam variasi :
a. Variasi Sinonim Kata
Variasi
berupa penjelasan-penjelasan yang berbentuk kelompok kata pada
hakekatnya
tidak merubah isi dari amanat yang akan disampaikan.<br>
Contoh :
Dari
renungan itulah penyair menemukan suatu makna, suatu realitas yang
baru,
suatu kebenaran yang menjadi ide sentral yang menjiwai seluruh
puisi.
b. Variasi panjang pendeknya kalimat
Struktur
kalimat akan mencerminkan dengan jelas pikiran pengarang, serta
pilihan
yng tepat dari struktur panjangnya sebuah kalimat dapat member
tekanan
pada bagian-bagian yang diinginkan.
c. Variasi penggunaan bentuk me- dan
di-
Pemakaian
bentuk grametikal yang sama dengan beberapa kalimat
berturut-turut
dapat menimbulkan kelesuan. Sebaba itu haruslah dicari
variasi
pemakaian bentuk gramatikal.
d. Variasi dengan merubah posisi dalam
kalimat
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah
dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan
unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh:
Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)
Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)
Kesalahan-kesalahan dalam menyusun kalimat efektif :
1. Pleonastis
Pleonastis
atau pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir (berlebihan), yang sebenarnya
tidak perlu.
Salah :
Banyak tombol-tombol yang dapat Anda gunakan.
Benar :
Banyak tombol yang dapat Anda gunakan.
2. Kontaminasi
Salah :
Fitur terbarunya Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.
Benar :
Fitur terbaru Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.
3. Salah pemilihan kata
Salah : Saya
mengetahui kalau ia kecewa.
Benar :
Saya mengetahui bahwa ia kecewa.
4. Salah nalar
Salah :
Bola gagal masuk gawang.
Benar :
Bola tidak masuk gawang.
5. Pengaruh bahasa asing atau daerah
Bahasa
asing
Contoh :
Saya
tinggal di Semarang di mana ibu saya bekerja.
Kalimat
ini bisa jadi mendapatkan pengaruh bahasa Inggris, lihat terjemahan kalimat
berikut:
I live in
Semarang where my mother works.
Dalam
bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:
Saya
tinggal di Semarang tempat ibu saya bekerja.
Bahasa
daerah
Contoh :
Anak-anak
sudah pada datang.
Dalam
bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:
Anak-anak
sudah datang.
6. Kata depan yang tidak perlu
Salah : Di
program ini menyediakan berbagai fitur terbaru.
Benar :
Program ini menyediakan berbagai fitur terbaru.
Sumber :
www.slideshare.net/chawhytz/kalimat-efektif-25701204
Tidak ada komentar:
Posting Komentar