BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam
suatu organisasi tentunya diperlukan komunikasi yang baik antar satu dengan
yang lainnya. Komunikasi merupakan hal yang terpenting dalam menjalankan
organisasi . Dengan komunikasi yang baik maka akan mempengaruhi hubungan antara
sesama anggota yang akan baik pula. Tetapi dalam kenyataannya masalah
komunikasi senantiasa muncul dalam proses pengorganisasian. Komunikasi
mempunyai andil membangun iklim organisasi, yang berdampak kepada membangun
budaya oranisasi, yaitu nilai dan kepercayaan yang menjadi titik pusat
organisasi. Komunikasi memiliki hubungan yang erat sekali dengan kepemimpinan,
bahkan dapat dikatakan bahwa tiada kepemimpinan tanpa komunikasi. Apalagi
syarat seorang pemimpin selain ia harus berilmu, berwawasan kedepan, ikhlas,
tekun, berani, jujur, sehat jasmani dan rohani, ia juga harus memiliki
kemampuan berkomunikasi.
Proses
Komunikasi yang efektif memungkinkan manejer untuk melaksanakan tugas-tugas
mereka. Informasi harus dikomunikasikan kepada stafnya agar mereka mempunyai
dasar perencanaan, agar rencana-rencana itu dapat dilaksanakan.
Pengorganisasian memerlukan komunikasi dengan bawahan tentang penugasan mereka.
Pengarahan mengharuskan manejer untuk berkomunikasi dengan bawahannya agar
tujuan kelompo dapat tercapai.
Jadi seorang manejer akan dapat melaksanakan fungsi-fungsi manajemen melalui interaksi dan komunikasi dengan pihak lain.
Jadi seorang manejer akan dapat melaksanakan fungsi-fungsi manajemen melalui interaksi dan komunikasi dengan pihak lain.
1.2 Tujuan Penulisan
Penulisan
ini bertujuan untuk mengetahui arti pentingnya komunikasi dalam organisasi,
pengertian komunikasi, proses komunikasi dalam organisasi, gaya komunikasi
organisasi dan hambatan komunikasi dalam organisasi.
1.3 Rumusan Masalah
Dari
pemaparan latar belakang yang telah dijelaskan, dapat ditemukan banyak
permasalahan yang akan dibahas pada penulisan ini, yaitu:
a. Apa definisi dan tujuan
komunikasi?
b. Bagaimana proses komunikasi dalam
organisasi?
c. Bagaimana metode-metode
komunikasi?
d. Apa itu komunikasi dalam
organisasi?
e. Bagaimana gaya komunikasi dalam
organisasi?
f. Apa saja hambatan ditemukan dalam
berkomunikasi di dalam suatu organisasi?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
dan tujuan komunikasi
Beberapa
definisi komunikasi dapat disebut di bawah ini.
1. Louis Forsdale
(1981), seorang ahli komunikasi dan pendidikan, mengungkapkan “communication is the process by which
system is established, maintained, and altered by menans of shared signals that
operate according to rules”. Komunikasi diartikan sebagai suatu proses
memberikan signal menurut aturan tertentu, sehingga dengan cara ini suatu
system dapat didirikan, dipelihara dan diubah.
2. Gatewood and Taylor (1996) mendefinisikan komunikasi
sebagai suatu proses memindahkan informasi dan pengertian (maksud) dari satu
orang kepada orang lain.
3. Stoner, Freeman dan Gilbert (1996) mengartikan
komunikasi sebagai suatu proses yang dipergunakan oleh manusia untuk mencari
kesamaan arti lewat tranmisi pesan simbolik.
4. Newman dan Summer (1961) mengartikan komunikasi
sebagai proses pertukaran fakta, ide, opini atau emosi melalui kata-kata,
surat-surat, symbol-simbol atau pesan.
Beberapa alasan pentingnya Komunikasi:
Beberapa alasan pentingnya Komunikasi:
a. Komunikasi mendatangkan efektifitas yang lebih besar.
b. Komunikasi menempatkan orang-orang pada tempat yang
seharusnya.
c. Komunikasi membawa orang-orang untuk terlibat dalam
organisasi dan meningkatan motivasi
untuk melibatkan kinerja yang baik, dan meningkatkan komitmen terhadap organisasi.
d. Komunikasi menghasilkan hubungan dan pengertian yang
lebih baik antara bawahan, kolega, dan orang-orang di dalam organisasi dan di
luar organisasi.
e. Komunikasi menolong orang-orang untuk mengerti
perlunya perubahan.
f. Komunikasi meminimalkan permasalahan-permasalahan di
dalam keorganisasian seperti konflik, stress, demotifasi dan loyalitas.
2.2
Proses Komunikasi
Proses komunikasi merupakan proses penyampaian pesan
dari pengirim kepada penerima, menggunakan
isyarat tangan, atau menggunakan sarana komunikasi tertentu lainnya.
1.
Pengirim
(sender).
Proses
komunikasi diawali oleh pengirim sebagai sumber pesan. Pengirim, dalam kerangka
keorganisasian dapat berupa karyawan biasa, manajer, atau pihak luar yang
memberikan gagasan, maksud, informasi dan bertujuan mengadakan kumunikasi. Pengirim
dalam hal ini telah menentukan makna apa yang akan disampaikannya. Agar apa
yang akan disampaikan itu dapat tersusun dengan baik, maka sender perlu menyusun
sebuah rencana yang berisi makna utama apa yang akan disampaikan.
2.
Penyandian
(encoding).
Tindakan
pemberian arti simbol-simbol pada pemikiran, misalnya memutuskan kata-kata mana
yang harus dikatakan atau ditulis disebut sebagai penyandian (encoding).
Penyandian itu perlu karena informasi hanya dapat dikirimkan dari seorang
kepada orang lain lewat perwakilan atau sandi.
1.
Saluran Komunikasi
(communication chanel).
Ketika
orang-orang berkomunikasi dalam lingkungan organisasi, mereka biasanya
menggabungkan tampilan vokal (saluran pendengaran) dan pandangan (saluran
penglihatan). Sentuhan (saluran peraba), penciuman (saluran penciuman), dan
perasa (saluran saraf) juga digunakan dalam saluran pesan dalam komunikasi.
Fungsi saluran komunikasi di sini adalah sebagai alat menyampaikan pesan. Untuk
menyampaikan pesan yang dimaksud, seseorang dapat meggunakan berbagai macam,
yaitu tatap muka, telepon, pertemuan kelompok, komputer, memo, pernyataan
kebijakan, system imbalan, jadwal produksi, dan ramalan penjualan.
2.
Pengertian
Sandi (Decoding) .
Pesan yang
diterima kemudian diinterpretasikan dan diterjemahkan ke dalam informasi yang
mempunyai arti. Proses ini dilakukan dengan dua cara, pertama penerima harus menerima,
kemudian mengartikannya. Pengertian dipengaruhi oleh pengalaman penerima,
pemilihan penilaian pribadi mengenai simbol dan gerakan tubuh yang dipakai, dan
harapan. Meciptakan gelombang suara yang penuh arti adalah sandi yang tepat,
yang pantas untuk penyandian dengan melalui suatu sumber; menterjemahkan
gelombang suara ke dalam pemikiran merupakan penguraian sandi (decoding).
3.
Penerimaan
(Receiver).
Bila pesan
tidak sampai pada penerima, maka komunikasi itu belum terjadi. Artinya, pesan
yang dikirimkan itu harus diterima baik (dipahami) oleh penerima. Oleh karena
itu pesan yang dikirimkan harus jelas kepada siapa pesan itu ditujukan. Dalam
hal ini kita tidak akan menggunakan cara yang sama dalam berkomunikasi kepada
anak-anak dan berkomunikasi kepada orang dewasa. Jadi dalam berkomunikasi siapa
pendengarnya perlu dipertimbangkan.
4.
Umpan Balik
(Feedback).
Sebuah
rangkaian umpan balik (Feedback) memberi saluran bagi tanggapam penerima yang
memungkinkan sender untuk menentukan apakah pesan telah diterima dan
menghasilkan tanggapan yang dimaksudkan. Bagi manajer, umpan balik komunikasi
ini mungkin datangdari berbagai macam cara. Dalam situasi tatap muka, umpan
balik bias terjadi secara langsung melalui tanda-tanda atau sandi. Dengan
diberikannya reaksi ini kepada si pengirim (sender), perngirim akan dapat
mengetahui apakah pesan yang dikirimkan tersebut diinterpretasikan sama dengan
apa yang dimaksudkan oleh si pengirim. Bila arti pesan yang dimaksudkan oleh si
pengirim berarti komunikasi tersebut efektif.
5.
Kegaduhan
(noise).
Gangguan
(noise) merupakan sifat yang melekat pada komunikasi. Dalam setiap proses
komunikasi, kegaduhan atau kendala-kendala dalam berkomunikasi akan selalu ada.
Gangguan dapat timbul dalam saluran komunikasi, atau metode pengiriman seperti
udara dan kertas. Ganggua juga dapat terjadi secara internal (kurang perhatian
penerima) atau eksternal (gangguan suara lain).
2.3 Metode-metode
Komunikasi
Melakukan komunikasi tidak terbatas hanya pada
penyampaian pesan melalui pembicaraan tatap muka. Berkomunikasi bisa juga
dilakukan dengan berbagai cara, bergantung pada situasi yang dihadapi di dalam
organisasi. Suatu metode komunikasi dipandang efektif apabila diterapkan pada
situasi yang sesuai. Kesalahan di dalam menentukan komunikasi ini akan
menyebabkan timbulnya persoalan-persoalan lain yang pada akhirnya akan
mempengaruhi kinerja dan produktifitas dari organisasi yang bersangkutan.
Komunikasi Melalui Pertemuan Dan
Rapat
Terlepas dari apakah pertemuan itu sifatnya formal
atau informal, yang jelas sebuah pertemuan/rapat harus dapat dilakukan dengan
maksud sebagai berikut:
a.
Untuk
menyebarkan informasi.
b.
untuk
mengumpulkan informasi.
c.
Untuk
menjelaskan keputusan.
d.
Untuk
pemecahan masalah.
e.
Maksud
konsultasi dan negoisasi terpadu
Kunci sukses
komunikasi melalui pertemuan ini adalah bagaimana semua pihak yag diundang
dapat memberikan saran dan pendapatnya. Namun, kesulitan justru muncul ketika
ada sebagian orang yang terlibat memandang pertemuan itu sebagai legalitas atas
sebuah persoalan yang telah dirancang sebelumnya. Seringkali pertemuan diadakan
hanya untuk menginfetarisir pendapat tanpa perlu mempertimbangkannya sebagai
suatu masukan yang berarti. Oleh karea itu, dalam sebuah pertemuan perlu
dihidari adanya dominasi satu atau dua yang berkuasa.
Komunikasi Melalui Surat Edaran
Komunikasi Melalui Surat Edaran
Walaupun cara komunikasi ini dipandang sederhana dan
mudah, namun penggunaan surat edaran juga memiliki beberapa keuntungan dan
keelemahan. Keuntungan penyampaian informasi melalui surat edaran adalah:
1.
Kesalahan
pengertian dapat dihindari apabila isi pesan itu ditulis secara jelas.
2.
Pemberi
pesan biasanya tidak memberi peluang untuk berspekulasi.
3.
Jangkauannya
luas dan waktu yang dibutuhkan relatif pendek.
4.
Mengurangi
peluang untuk mendistorsi pesan disbanding dengan kalau komunikasi dilakukan
secara lisan.
Sebaliknya, kelemahan dalam komunikasi
melalui surat edaran adalah:
1.
Walaupun
surat itu sampai ke tempat tujuan tepat pada waktunya, namun seringkali si
penerima mengabaikannya terutama jika surat yang diterima itu terlalu banyak.
2.
Komunikasi
ini dengan cara ini tidak memberi peluang kepada penerima pesan untuk
memperhatikan nuansa suara atau bahasa tubuh dan oleh karena itu,
terutama apabila diperlukan untuk membaca arti yang tersirat diantara
baris-baris, pesan mungkin sepenuhnya tidak dimengerti.
3.
Sering ada
kecenderungan pada pihak pengirim pesan bahwa mengirimkan pesan itu sama dengan
melakukan tindakan.
4.
Efektifitas
pesan sangat tergantung pada keahlian menulis si pengirim pesan.
Komunikasi Melalui Telepon
Penggunaan
telepon sebagai media komunikasi memiliki keuntungan dan kelemahan sebagai
berikut:
Keuntungan;
Keuntungan;
1.
Tingkat kecepatannya
sangat tinggi.
2.
Kemampuan
untuk langsung mendapatkan umpan balik atas setiap pesan.
3.
Kemampuan
untuk menyesuaikan diri, karena pokok pembicaraan selain alasan menelpon, juga
dapat dibicarakan.
Kelemahannya:
1.
Pembicaraan
telepon tidak benar-benar cocok untuk menyampaikan pesan-pesan yang lebih rumit
dan mungkin, dalam banyak kasus, harus ditegaskan dalam melalui tulisan
2.
Biasanya
tidak ada bukti bahwa pembicaraa telah benar-benar dilakukan sehingga membuka
peluang untuk penyelewengan
3.
Si penerima
telepon tidak dapat memperhitungka bahasa tubuh si penelepon.
4.
Banyak orang
gelisah atau tidak begitu baik kondisinya pada waktu menggunakan telepon.
Komunikasi
Melalui Surat Elektronik
Perkembangan teknologi informasi
dewasa ini semakin mempermudah orang untuk melakukan komunikasi. Penggunaan
teknologi seperti mesin fax da internete memungkinkan pesan disampaikan lebih
cepat, murah dan informasi yang disampaikan lebih jelas. Hanya saja kendalaya
adalah tidak semua orang dapat mengoperasikan alat-alat seperti itu.
Komunnikasi
Melalui Papan Pengumuman
Papan pengumuman berguna untuk
komunikasi umum, yang memelukan perhatian yang lebih rendah, seperti
memberitahukan kepada pegawai-pegawai tentang kegiatan-kegiatan tertentu. Papan
pegumuman tidak harus diandalkan untuk mengkomunikasikan informasi penting
karena papan pengumuman biasanya diabaikan oleh banyak orang. Papan pengumuman
hanya akan dibaca kalau informasiya selalu baru dan menarik bagi para pegawai
yang bersangkutan.
2.4 Komunikasi Dalam Organisasi
Ada tiga hal
penting dalam mempelajari komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi :
a.
Informasi
yang menjadi sumber komunikasi.
b.
Bagaimana
proses komunikasi tersebut.
c.
Komunikasi
antar orang dalam organisasi.
Jika ketiga hal tersebut tidak banyak mengalami
hambatan maka komunikasi dalam organisasi akan berjalan lebih berhasil sehingga
pelaksanaan pencapaian tujuan menjadi lebih baik.
Komunikasi Ke Bawah
Komunikasi Ke Bawah
Komunikasi ke bawah dalam suatu organisasi berarti ia
mengalir dari wewenang yang lebih tinggi ke wewenang yang lebih rendah. Bentuk
yang paling umum adalah instruksi, memo resmi, pernyataan tentang kebijakan
perusahaan, prosedur, pedoman kerja, dan pengumuman perusahaan.
Menurut Katz dan Kahn, komunikasi ke bawah mempunyai lima tujuan pokok, yaitu :
Menurut Katz dan Kahn, komunikasi ke bawah mempunyai lima tujuan pokok, yaitu :
1.
Memberi
pengarahan atau instruksi kerja.
2.
Memberi
informasi mengapa suatu pekerjaan harus dilaksanakan.
3.
Memberi
informasi tentang prosedur dan praktek organisasional.
4.
Memberi
umpan balik pelaksanaan kerja kepada para karyawan.
5.
Meyajikan
informasi mengenai aspek idiologi yang dapat membantu organisasi menanamkan
pengertian tentang tujuan yang ingin dicapai.
Namun di satu sisi, komunikasi ke bawah juga
mengandung kelemahan, yaitu kemungkinan terjadinya penyaringan atau sensor
informasi penting sebelum disampaikan kepada para bawahan artinya, informasi
yang diterima bawahan tidak seperti aslinya. Davis memberikan saran-saran dalam
hal itu sebagai berikut :
1.
Pimpinan
hendaklah sangggup memberikan informasi kepada karyawan apabila dibutuhkan
mereka. Jika pimpinan tidak mempunyai informasi yang dibutuhkan mereka dan
perlu mengatakan terus terang dan berjanji akan mencarikannya
2.
Pimipinan
hendaklah membagi informasi yang dibutuhkan oleh karyawan.
3.
Pimpinan
mengembangkan suatu perencanaan komunikasi, sehingga karyawan dapat mengetahui
informasi yang dapt diharapkannya.
4.
Berusaha
membentuk kepercayaan diantara pengirim dan penerima pesan.
Komunikasi ke Atas
Komunikasi ke Atas
Kebutuhan akan komunikasi ke bawah sama banyaknya
dengan jumlah komunikasi ke atas. Alat komunikasi ke atas yang sering digunakan
secara luas terdiri dari kotak saran, rapat kelompok, laporan kepada penyelia,
dan prosedur permohonan atau keluhan. Bentuk komunikasi ini biasanya
tersendat-sendat dan tersaring. Setiap jenjang pimpinan enggan meneruskan
masalah ke atas karea hal itu dapat dipadang sebagai pengakun kegagalan. Para
pegawai biasanya cenderung hanya memberitahu atasan tentang hal-hal yang
menurut mereka ingin didengar atasan. Jadi, setiap bawahan memiliki alasa untuk
memilih, menafsirkan dan berbagai tindakan penyaringan informasi lainnya.
Komunikasi Horisontal
Tersedianya arus komunikasi horisontal sering kali
dilupakan dalam sebuah desian organisasi. Komunikasi horisontal sangat penting
bagi koordinasi dan integrasi dari beraneka ragam fungsi keorganisasian.
Komunikasi dari teman sejawat ke teman sejawat sering kali diperlukan untuk
mengadakan koordinasi dan dapat juga memberikan kepuasan terhadap kebutuhan
sosial.
Komuniksasi Diagonal
Komuniksasi Diagonal
Jenis komunikasi ini jarang sekali dipergunakan, namun komunikasi diagonal
adalah penting dalam penting dalam keadaan dimana para anggota tidak dapat
berkomunikasi secara efektif lewat jalur lain. Sebagian mungkin melibatkan
tenaga penjualan yang mengirim laporan khusus langsung kepada pengawas
keuanganan, dan tidak melewati jalur tradisional dalam departemen pemasaran.
BENTUK-BENTUK KOMUNIKASI
Komunikasi pada dasarnya dapat dikelompokkan
dalam bentuk-bentuk sebagai berikut:
Komunikasi
Lisan dan Tertulis
Jenis komunikasi ini paling banyak
dipraktekkan sehari-hari khususnya dalam komunikasi antar pribadi. Pemilihan betuk komunikasi
lisan atau tertulis dipengaruhi oleh faktor-faktor waktu, kecepatan, biaya,
perferensi pribadi, keterampilan individu dalam berkomunikasi, fasilitas yang
tersedia untuk berkomunikasi. Komunikasi lisan atau tertulis memiliki
keuntungan dan kerugian, seperti kalau tertulis keuntungannya pesan dapat disimpan,
tetapi kerugiannya memakan waktu jika dibandingkan dengan komunikasi lisan.
Komunikasi
Verbal dan Non Verbal
Komunikasi verbal yaitu komunikasi
melalui kata-kata baik lisan atau tertulis. Komunikasi non verbal adalah
komunikasi yang menggunakan bahasa badan atau tubuh, seperti gerakan tangan,
jari, mata, kepala dan lain-lain. Alasan penggunaan jenis komunikasi ini
biasanya berkaitan dengan masalah waktu dan situasi saat komunikasi terjadi.
Kesulitan utama dalam komunikasi
verbal dengan menggunakan kata-kata adalah karena kita mencoba berbicara
tentang dunia yang sangat rumit sedagkan jumlah kata-kata yag digunakan
terbatas.
Jenis alat bantu visual kedua dalam komunikasi verbal adalah tulisan atau gambar. Sedangkan dalam komunikasi non verbal, bagian terpenting adalah menyangkut penggunaan bahasa tubuh (body language), yang artinya orang-orag mengkomunikasikan arti kepada orang lain dengan tubuh mereka dalam interaksi antar pribadi. Bahasa tubuh merupakan pelengkap yang penting bagi komunikasi non verbal disemua belahan dunia umumnya. Komunikasi non verbal ini memiliki fungsi tertentu dalam proses komunikasi verbal. Fungsi utama dari komunikasi non verbal adalah
Jenis alat bantu visual kedua dalam komunikasi verbal adalah tulisan atau gambar. Sedangkan dalam komunikasi non verbal, bagian terpenting adalah menyangkut penggunaan bahasa tubuh (body language), yang artinya orang-orag mengkomunikasikan arti kepada orang lain dengan tubuh mereka dalam interaksi antar pribadi. Bahasa tubuh merupakan pelengkap yang penting bagi komunikasi non verbal disemua belahan dunia umumnya. Komunikasi non verbal ini memiliki fungsi tertentu dalam proses komunikasi verbal. Fungsi utama dari komunikasi non verbal adalah
1. Sebagai pengulangan
2. Pelengkap
3. Pengganti
4. Memberi penekanan
5. Memperdayakan
2.5
Gaya Komunikasi Dalam Organisasi
Enam gaya
komunikasi menurut Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss
Gaya komunikasi mengendalikan
Gaya komunikasi mengendalikan (dalam bahasa Inggris: The Controlling
Style) ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi,
memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang
yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah
atau one-way communications.
Pihak - pihak yang memakai controlling style of communication ini, lebih
memusatkan perhatian kepada pengiriman pesan dibanding upaya mereka untuk
berharap pesan. Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian untuk
berbagi pesan. Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian pada
umpan balik, kecuali jika umpan balik atau feedback tersebut digunakan untuk
kepentingan pribadi mereka. Para komunikator satu arah tersebut tidak khawatir
dengan pandangan negatif orang lain, tetapi justru berusaha menggunakan
kewenangan dan kekuasaan untuk memaksa orang lain mematuhi
pandangan-pandangannya.
Pesan-pesan yag berasal dari komunikator satu arah ini, tidak berusaha
‘menjual’ gagasan agar dibicarakan bersama namun lebih pada usaha menjelaskan
kepada orang lain apa yang dilakukannya. The controlling style of communication
ini sering dipakai untuk mempersuasi orang lain supaya bekerja dan bertindak
secara efektif, dan pada umumnya dalam bentuk kritik. Namun demkian, gaya
komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, tidak jarang bernada negatif
sehingga menyebabkan orang lain memberi respons atau tanggapan yang negatif
pula.
Gaya komunikasi dua arah
Dalam gaya komunikasi
ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap anggota
organisasi The Equalitarian Style dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat
dalam suasana yang rileks, santai dan informal. Dalam suasana yang demikian,
memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian
bersama. Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan. The
equalitarian style of communication ini ditandai dengan berlakunya arus
penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua
arah (two-way communication).
Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna kesamaan ini,
adalah orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta kemampuan
membina hubungan yang baik dengan orang lain baik dalam konteks pribadi maupun
dalam lingkup hubungan kerja. The equalitarian style ini akan memudahkan tindak
komunikasi dalam organisasi, sebab gaya ini efektif dalam memelihara empati dan
kerja sama, khususnya dalam situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu
permasalahan yang kompleks. Gaya komunikasi ini pula yang menjamin
berlangsungnya tindak berbagi informasi di antara para anggota dalam suatu
organisasi.
3. The Structuring Style Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan
pesan-pesan verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang
harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi.
Pengirim pesan (sender) lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk
memengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan
organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi
tersebut.
4. The Dynamic style Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena
pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi
pada tindakan (action-oriented). The dynamic style of communication ini sering
dipakai oleh para juru kampanye ataupun supervisor yang membawa para wiraniaga
(salesmen atau saleswomen).
Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah mestimulasi atau
merangsang pekerja/karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat dan lebih baik.
Gaya komunikasi ini cukup efektif digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan
yang bersifat kritis, namun dengan persyaratan bahwa karyawan atau bawahan
mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut.
5. The Relinguishing Style Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan
untuk menerima saran, pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan
untuk memberi perintah, meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk
memberi perintah dan mengontrol orang lain.
Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika pengirim pesan
atau sender sedang bekerja sama dengan orang-orang yang berpengetahuan luas,
berpengalaman, teliti serta bersedia untuk bertanggung jawab atas semua tugas
atau pekerjaan yang dibebankannya.
6. The Withdrawal Style Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah
melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang
memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa
persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang
tersebut.
Dalam deskripsi yang kongkrit adalah ketika seseorang mengatakan: “Saya
tidak ingin dilibatkan dalam persoalan ini”. Pernyataan ini bermakna bahwa ia
mencoba melepaskan diri dari tanggung jawab, tetapi juga mengindikasikan suatu
keinginan untuk menghindari berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu,
gaya ini tidak layak dipakai dalam konteks komunikasi organisasi. Berikut ini
adalah tabel mengenai gaya komunikasi.
2.6 Hambatan Komunikasi
1.
Hambatan Teknis
Keterbatasan
fasilitas dan peralatan komunikasi. Dari sisi teknologi, semakin berkurang
dengan adanya temuan baru dibidang kemajuan teknologi komunikasi dan informasi,
sehingga saluran komunikasi dapat diandalkan dan efesien sebagai media
komunikasi. Menurut Cruden dan Sherman dalam bukunya Personel Management, 1976,
jenis hambatan teknis dari komunikasi :
1.
Tidak
adanya rencana atau prosedur kerja yang jelas.
2.
Kurangnya
informasi atau penjelasan.
3.
Kurangnya
ketrampilan membaca.
4.
Pemilihan
media [saluran] yang kurang tepat.
2. Hambatan Semantik
Gangguan semantik menjadi
hambatan dalam proses penyampaian pengertian atau idea secara
secara efektif. Definisi semantik sebagai studi atas pengertian, yang diungkapkan lewat bahasa.
Kata-kata membantu proses pertukaran timbal balik arti dan pengertian [komunikator dan komunikan], tetapi seringkali proses penafsirannya keliru. Tidak adaya hubungan antara Simbol [kata] dan apa yang disimbolkan [arti atau penafsiran], dapat mengakibatkan kata yang dipakai ditafsirkan sangat berbeda dari apa yang dimaksudkan sebenarnya. Untuk menghindari mis komunikasi semacam ini, seorang komunikator harus memilih kata-kata yang tepat sesuai dengan karakteristik komunikannya, dan melihat kemungkinan penafsiran terhadap kata-kata yang dipakainya.
secara efektif. Definisi semantik sebagai studi atas pengertian, yang diungkapkan lewat bahasa.
Kata-kata membantu proses pertukaran timbal balik arti dan pengertian [komunikator dan komunikan], tetapi seringkali proses penafsirannya keliru. Tidak adaya hubungan antara Simbol [kata] dan apa yang disimbolkan [arti atau penafsiran], dapat mengakibatkan kata yang dipakai ditafsirkan sangat berbeda dari apa yang dimaksudkan sebenarnya. Untuk menghindari mis komunikasi semacam ini, seorang komunikator harus memilih kata-kata yang tepat sesuai dengan karakteristik komunikannya, dan melihat kemungkinan penafsiran terhadap kata-kata yang dipakainya.
3. Hambatan Manusiawi
Terjadi karena adanya faktor, emosi dan prasangka
pribadi, persepsi, kecakapan atau ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan
alat-alat panca indera seseorang.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Jadi yang dimaksud dengan
Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan
penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal
dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005). Komunikasi formal adalah komunikasi
yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi
kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi,
produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi.
Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi.
Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial.
Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara
individual.
Komunikasi Organisasi juga dapat didefinisikan sebagai
pertunjukkan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan
bagian suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari dari unit-unit
komunikasi dalam hubungan hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan
berfungsi dalam suatu lingkungan.
SUMBER
id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_organisasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar